Takdir Terindah
Karya
Yunita Rahmah
Seorang wanita yang
berada di mobil menanti anaknya pulang dari sekolah yang tak kunjung keluar
dari gerbang sekolah. Tiba-tiba wanita itu melihat seorang anak berseragam
merah putih yang duduk termenung sendiri di depan gerbang sekolah. Tampak
merasa sedih meraut wajah seorang anak itu melihat
silih berganti teman-temannya di jemput oleh orang tuanya sepulang sekolah. Namun hanya dia sendiri yang terdiam tak menunggu sesosok yang menjemputnya. Wanita itu sebut saja namanya ibu Lina, Ibu Lina semakin memperhatikan seorang anak itu. Anak yang masih termenung dalam kesendirian dengan wajah kepolosan . tak tegah ibu Lina melihat seorang anak kecil yang termenung sendiri di pojok depan gerbang sekolah.
silih berganti teman-temannya di jemput oleh orang tuanya sepulang sekolah. Namun hanya dia sendiri yang terdiam tak menunggu sesosok yang menjemputnya. Wanita itu sebut saja namanya ibu Lina, Ibu Lina semakin memperhatikan seorang anak itu. Anak yang masih termenung dalam kesendirian dengan wajah kepolosan . tak tegah ibu Lina melihat seorang anak kecil yang termenung sendiri di pojok depan gerbang sekolah.
Tiba-tiba pintu mobil
terbuka.
“ Mamaaa…” suara anak
kecil yang di tunggu setengah jam yang lalu terdengar oleh ibun Lina.
“Dimas,,, “ tersenyum
ibu Lina memeluk seorang anak yang di nantinya.
“Tidak biasanya jam
segini baru keluar Dim ?” tanya Ibu Lina.
“ iya maa,, tadi ada
pengumuman” jawab Dimas.
Wanita itu beralih
melihat seorang anak kecil yang termenung di gerbang sekolah. Seorang anak itu
tak lagi berada di tempat itu. Mengalihkan pandang, anak itu berjalan dengan
jarak 2 meter dari tempat itu. Ibu Lina keluar dari mobil dan mengahampiri anak
itu.
“ Kamu mau kemana dek
?” tanya ibu Lina dengan memegang punggung anak kecil tersebut.
Diam membisu seorang
anak itu tak menjawab pertanyaan dari seorang wanita itu, diam menunduk seperti
memandam rasa dalam kesedihan yang dirasakan.
“Mari ikut ibu
pulang,,,” ajak ibu Lina sambil memegang tangan seorang anak itu.
Tanpa suara yang keluar
dari bibir seorang anak itu, Dia mengikuti ajakan ibu Lina untuk ikut
bersamanya.
Di dalam mobil ibu Lina
dan anaknya Dimas mengajak ngobrol dan bertanya-tanya kepada anak itu, namun
tak ada satu jawaban yang terucap dari seorang anak kecil itu. Dia hanya diam
tanpa berkata.Seorang anak kecil pendiam panggil saja namanya Ari.
Sesampai dari rumah,
ibu Lina meminjamkan baju Dimas ke seorang anak dan mereka makan siang bersama.
Canda tawa Dimas kepada Ari mulai tergumam tampak asyik, mereka tak terlihat
kalau baru mengenal beberapa jam yang lalu, terlihat akrab seperti saudara
sendiri.
Ibu lina tak bertanya
panjang lagi tentang Ari, karena berderet pertanyaan tak ada jawab yang
terucap. Keakraban Ari dengan Dimas membuat ibu Lina senang melihatnya. Siang
tak lagi menampakkan matahari yang menghiasi, gelap langit mulai tampak dengan
cahaya bulan yang menerangkan kegelapan di malam hari. Bapak Toni suami dari
ibu Lina pulang dari kerja Makan malam,
bersama pak Toni, ibu Lina, Dimas, dan Ari seperti makan malam layaknya seperti
keluarga.
“ Ini namanya siapa ?”
sambil mengunyah sesuap nasi pak Toni bertanya.
“ Ari pak “ jawab
Dimas.
“ Ari tidur disini saja
sama Dimas, besok sekolah berangkat bareng sama Dimas ?”
Menunduk Ari hanya
berangguk tanpa menjawab.
Pagi hari saat mau
berangkat sekolah, tiba-tiba Ari tak lagi berada di rumah, Keluarga Pak Toni merasa
cemas takut terjadi apa-apa dengan Ari. Ari pergi dari rumah itu tanpa pamit.
Saat sepulang sekolah,
ibu Lina seperti biasa menjemput Dimas menunggu di depan gerbang sekolah.
Ketika Dimas datang, Mereka pulang menuju rumah. Di tengah perjalanan mereka
bertemu seorang anak yang tak asing lagi wajahnya, semakin di dekati lajuan
mobil kearah seorang anak itu, ternyata benar dugaan mereka. Anak yang berjalan
sendiri di pinggir jalan dengan membawa tas ransel birunya itu memang Ari.
Secara diam-diam mereka mengikuti arah Ari pulang kerumah. Ari berhenti di sebuat
tempat lorong yang kecil di bawah jembatan, tempat yang tak layak pakai untuk
di huni menjadi tempat tinggal. Tak ada pintu dan candela. Tapi banyak penghuni
anak jalanan lainya yang tinggal di sana. Melihat kondisi Ari tinggal di tempat
seperti itu, mereka tidak tega. Dimas menyuruh mamanya mengajak ari pulang.
Mereka turun mobil dan
mendekati sebuah terowongan kecil. Melihat kondisi tempat tinggal Ari yang
begitu miris, mereka akhirnya tahu sesosok Ari yang tinggal di tempat itu tanpa
seorang ibu. Ibu Ani adalah seorang wanita yang menjadi pengasuh para anak
jalan di daerah sekitar situ. Ibu Ani itu bercerita tentang kehidupan Ari
kepada ibu Lina dan Dimas. Sejak Ari berumur 2 bulan Ibu Ari menjadi TKW di
Malasyia meninggalkan anak semata wayangnya demi mencari uang untuk sesuap nasi.
Setiap tahunnya Ari di kirim uang oleh ibunya untuk biaya kehidupan
sehari-hari. Ari hidup bersama anak jalanan lainnya. Ari tak seberapa mengenali
sesosok ibu yang melahirkannya hanya terkenang dalam foto yang dia selalu bawa
dan kalung yang iya kenangkan. Biaya sekolah Ari sejak dulu sudah di tanggung
oleh sekolahan karena Ari sangat berprestasi di dalam sekolah. Mendengar cerita kehidupan Ari, mereka berniat
mengajak Ari tinggal bersama mereka.
Ibu Lina dan Dimas mengajak
Ari untuk beranjak dari tempat itu dan kembali ke rumah untuk tinggal bersama
mereka. Sekarang Ari tinggal bersama kelurga Dimas. Ari seorang anak yang
pendiam itu ternyata adalah anak yang cerdik pandai dalam berhitung. Prestasi
yang dia raih sangat melejit. Beberapa olimpiade matematika yang diikut hingga
tingkat nasional. Suatu ketika Ari mewakili Indonesia untuk olimpiade
internasional di Malasyia.
Ari berangkat ke
Malasyia untuk mewakili Indonesia. Dia diantar oleh keluarga Dimas bersama mama
dan papanya Dimas. Keberangkatan Ari ingin mengharukan nama baik Indonesia. Beberapa
menit Olimpiade akan di mulai, tiba-tiba dia membuka dompet dan melihat foto
seorang wanita yang tertampan di dompet. Rasa rindu ingin bertemu dengan ibu
kandungnya selama beberapa tahun pergi meninggalkannya semakin ia rasakan.
Rindu meraut pada diri Ari hingga air mata tak bisa terbendung lagi. “Tolong
pertemukan aku dengan ibu kandungku” Gumam Ari dalam hati. Beberapa detik
olimpiade akan dimulai. Dengan rasa semangat yang tertanam pada diri Ari dia
ingin membuktikan pada ibunya bahwa dia bisa buat bangga ibunya, agar suatu
saat ibunya dia akan sukses biar ibunya tidak menjadi TKW lagi.
Olimpiade berjalan
dengan lancar, beberapa jam kemudian penantian pengumuman yang di tunggu oleh
para olimpiade terutama Ari yang menanti hasil olimpiadenya. Ari mendapatkan
juara 1 olimpiade matematika seASIA. Rasa bangga dan terharu kini mewujudkan
Ari, tapi rasa sedih masih terpaut pada dirinya. Karena kebahagian belum
melengkapinya karena belum bertemu dengan ibu kandungnya.
Perjalanan menuju
bandara penerbangan, jam 5 sore Ari bersama Dimas dan kelurganya pemberangkatan
kembali ke tanah air Indonesia. Di tengah perjalanan, di sebuah lampu merah di
tengah kota kuala lumpur. Ari termenung di sebuah taksi melihat suasana jalan
raya yang terlihat teratur tanpa ada kemacetan seperti di Indonesia. Tersorot
pandangnya melihat seorang wanita yang membawa tas belanjaan. Wajah seorang
wanita itu tak asing lagi, seperti Ari pernah melihatnya tapi entah dimana. Ari
langsung membuka dompet dan melihat foto yang ada di dompet tersebut dan
mengarahkan pengelihatannya ke arah seorang wanita tadi.
“ Papa Toni, saya boleh
turun di sini ?” izin Ari mendesak ke pak Toni.
“Ada apa rii, turun
disini ? kurang setengah jam kita harus sampai bandara” jawab balik Pak Toni.
“Saya harus turun di sini
papa Toni mama Lina,” sambil membuka pintu.Ari turun dari taksi. Berlari dan
menghampiri seorang wanita yang dia lihat seperti dia yakini mirip dengan ibu
kandungnya..
“Ibuuu,,,,” sambil
memeluk seorang wanita tersebut.
Ibu tersebut tiba-tiba
terheran dan melihat wajah seorang anak yang memeluknya dengan terheran..
Melihat seorang anak
yang mengenangkan kalung eperti yang dia kenangkan ibu itu langsung memeluk
erat. Dia yakin bahwa memang dia adalah anak kandungnya.
“kamu Ari ya, Ari
anakku” Tanya seorang ibu itu dengan memeluk erat Ari.
“iya, aku Ari, ini ibu
kandung Arikan,?,” sambil merangkul dengan menetaskan air mata yang sudah tak
terbendungkan lagi dari seorang anak kecil yang selama ini tidak pernah bertemu
dengan ibunya. Rasa bahagia dan sedih bercampur aduk menjadi satu suatu impian
bertemu dengan ibunya terwujud.
Papa Toni dan mama Lina
ikut turun dari taksi dan mengajak mereka beranjak dari tempat itu, melanjutkan
perjalanan menuju ke bendara dan melaju kembali ketanah air Indonesia. Ari
sangat bahagia membawa kejuaraan olimpiade membuat bangga Indonesia dan
bertahun-tahun yang diimpikan bertemu dengan ibu kandungnya terimpikan. Kini
Ari kembali ke Indonesia dengan membawa kejuaraan olimpiade Matematika dan
membawa kembali seorang ibu kandungnya. Akhirnya Ari bisa tinggal bersama
dengan ibu kandungnya yang selama bertahun-tahun dia hidup tanpa seorang ibu
kandung. Ini adalah takdir terindah yang pernah Ari miliki selama hidupnya
Tampaknya Ari telah menemukan kebahagiaannya ,, selamat ya Ari..
BalasHapusCerpenmu bagus , alur penggambarannya jelas, mungkin ada sedikit kata-kata atau tata kalimat yang harus dibenahi ,, overall keren!!!!!