Saat
Manusia Mengikis dalama Kehidupan
Karya Yunita
Rahmah
Mandikan aku dengan cahaya yang menyinari
hati. Tergelincir dalam kalbuku dengar suara kicauan burung bernyanyi tanpa
nada. Kuarungi laut samudera hanya untuk mencari tempat berlabuh. Didalam keramaian
angin lusuh menyelimuti bocah terkulai. Udara berpendar menyimak setia
kedatangan setiap berlabuh menuju dermaga yang di tuju. Kini tanah dan air
tidur hilang ombak, mengembara tentang tanah. Harapan bumi yang bercerabut.
Laut lebih dahulu menghadap, rentanya malam berjajar lelap memeluk bumi.
Bergelimpangan manusia menyayat mengikis
dalam kehidupan. hidup seperti hanya percik-percik cuka yang terapung di
angkasa malam. bergelut menggulat menderas dengan kaidah. Ketika termenung di
hati, malam hanya bicara bagi malam. Membawa getir lahang berlaru darah. Sampai
bulan pun ikut merasakan lelah di atas malam. di bawah bulan yang mulai
benderang. Kusaksikan dari situ kabut-kabut tipis kelabu. Meledak sedu dari
luar langit yang biru. Warna lantang melonjak dari kelas. Jejakmu masih
merintih disini yang menjadi saksi.
Di bulan sendiri dan bintang tak lagi
bernyanyi. Sayu angin mengantar pandang ke awan putih memanjang. Jalan berdebu,
ada lagu tanpa syair, mendesir tanpa akhir dan akan kuteruskan setapak perjalananku
yang tak memandang aluilalang lalu menuju ke hulu muara depan. Jiwa pun mulai
kutegakkan untuk mewarnai kehidupan. gairah yang tergelar bersama kibaran layar
menatap bulan yang hanya setengah lingkaran. Hasrat yang biru memburu wangi ke
puncak bukit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar