Minggu, 26 Mei 2013

HUJAN


                                 
HUJAN

Hujan kembali datang dengan berjuta keindahan.
Selalu khas aroma yang terasa hingga kini.
Tersirat banyak cerita ketika hujan turun.
Sungguh suatu anugrah yang tak ternilai.
Udara berganti menjadi sejuk yang tersamar.
Langit kembali kelabu dengan riuh pilu.
Gemuruh suara petir tersambar dari kejauhan.
Semakin menguatkan kita untuk tetap bertahan.
Rintian hujan semakin mendera setiap sudut pandang.
Jatuh perlahan lalu hilang termakan ingatan.
Begitu anggun dengan sejuta pesona.
Laksana bidadari yang turun dari langit.
Hujan memang selalu datang dengan penuh kejutan.
Di saat semua tenang tak menghawatirkan.
Seperti misteri dalam kehidupan yang terabaikan.
Hanya terjawab ketika proses itu terlewatkan.
Rasa syukur di setiap bilik hati harus di lantunkan.
untuk Dia yang Maha Menciptakan hujan.
Buang semua keluh ketika hujan singgah.
Karena hujan tak pernah berkeluh ketika akan turun.

Sabtu, 18 Mei 2013

Hujan Bulan Juni

HUJAN BULAN JUNI

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

 


    

Jumat, 17 Mei 2013

AKU "Saat Manusia Mengikis dalam Kehidupan"


Saat Manusia Mengikis dalama Kehidupan
Karya Yunita Rahmah


                  Mandikan aku dengan cahaya yang menyinari hati. Tergelincir dalam kalbuku dengar suara kicauan burung bernyanyi tanpa nada. Kuarungi laut samudera hanya untuk mencari tempat berlabuh. Didalam keramaian angin lusuh menyelimuti bocah terkulai. Udara berpendar menyimak setia kedatangan setiap berlabuh menuju dermaga yang di tuju. Kini tanah dan air tidur hilang ombak, mengembara tentang tanah. Harapan bumi yang bercerabut. Laut lebih dahulu menghadap, rentanya malam berjajar lelap memeluk bumi.
               Bergelimpangan manusia menyayat mengikis dalam kehidupan. hidup seperti hanya percik-percik cuka yang terapung di angkasa malam. bergelut menggulat menderas dengan kaidah. Ketika termenung di hati, malam hanya bicara bagi malam. Membawa getir lahang berlaru darah. Sampai bulan pun ikut merasakan lelah di atas malam. di bawah bulan yang mulai benderang. Kusaksikan dari situ kabut-kabut tipis kelabu. Meledak sedu dari luar langit yang biru. Warna lantang melonjak dari kelas. Jejakmu masih merintih disini yang menjadi saksi.
                  Di bulan sendiri dan bintang tak lagi bernyanyi. Sayu angin mengantar pandang ke awan putih memanjang. Jalan berdebu, ada lagu tanpa syair, mendesir tanpa akhir dan akan kuteruskan setapak perjalananku yang tak memandang aluilalang lalu menuju ke hulu muara depan. Jiwa pun mulai kutegakkan untuk mewarnai kehidupan. gairah yang tergelar bersama kibaran layar menatap bulan yang hanya setengah lingkaran. Hasrat yang biru memburu wangi ke puncak bukit.

Minggu, 12 Mei 2013

Berbisik Selembut Lirik Lagu karya Yunita Rahmah






                                 Memenuhi sebuah permintaan pesanan menulis puisi ini :) karya tanggal 5 Mei 2013.

Sabtu, 11 Mei 2013

Tak Beraksara Debu Menyeruak





                    Sepenggal kalimat setelah membuat karya di atas ku tulis dalam sebuah kertas kuungkapkan juga kurasakan juga dengan kalimat "senja menutupi mega rintik gerimis mewarnai hari yang terbasahi hujan air mata."
                    puisi yang dibuat pada bulan Juni 2012