Senin, 12 Agustus 2013

Lomba Menulis tentang inspirasi berhijab di kemulimaham UGM



Tema : Aku, Jilbabku, dan Duniaku
Judul : Jilbabku Pilihanku
Nama : Yunita Rahmah
Jilbabku Pilihanku
Karya Yunita Rahmah
Menjadi wanita itu kehendak Tuhan
Menjadi cantik itu relatif
Menjadi muslimah itu anugrah
Tetapi, menjadi muslimah yang sholehah itu pilihan.
Berjilbab adalah salah satu simbol wanita muslimah. Selain menjadi simbol wanita muslimah, berjilbab adalah wujud dari wanita surga. Mengapa dikatakan demikian ? karena dengan berjilbab seorang wanita telah melaksanakan satu perintah ALLah SWT. Meskipun pada awalnya aku sempat berfikir jilbab itu bukan suatu kewajiban bagi seorang wanita.  Padahal wanita yang tidak berjilbab akan mendapatkan dosa  yang pada akhirnya bisa menghapus pahala-pahala lain seperti sholat, puasa, haji, dan pahala-pahala ibadah lain yang dianjurkan oleh ALLah SWT.
Tahun 2009, tahun dimana aku pertama kali mengenal dan mengenakan jilbab. Sungguh bukanlah perkara yang gampang untuk memutuskan memakai jilbab karena bukan cuma butuh waktu untuk memantapkan diri akan tetapi juga keihklasan, renungan dan Istiqomah.
“ Yang penting hatinya yang berjilbab bukan tubuhnya saja, jilbab hati dulu baru jilbab tubuh ” celetukanku yang sering aku lontarkan ketika nasihat-nasihat menghantarkanku tentang berjilbab. Sempat kejadian ketika aku hendak keluar rumah untuk mengunjungi perpustakaan. Dengan kaos lengan panjang, celana hitam dan rambut panjangku yang terurai, aku bersiap untuk melangkah membuka engsel pintu rumah, namun tiba-tiba kakakku datang dan menyeretku untuk tidak mengizinkan keluar rumah.  “Ulurkan jilbab ke tubuhmu dek” Ungkap kakakku. “Yang terpentingkan sudah sopan kak, dengan baju yang aku kenakan di tubuhku ini, tidak mengumbarkan tubuhku kan?” Jawabku dengan enteng. “Tapi auratmu kau perlihatkan dek, ulurkan jilbabmu sepantasnya kamu menjadi seorang wanita muslimah.” Nasihat kakakku penuh lemah lembut. “ Berjilbab hati dulu baru berjilbab tubuh !” dengan rasa kesal gumamku yang berapa kalinya aku celetukan ketika nasihat-nasihat itu menghadangku. “ Berjilbab itu suatu kewajiban yang sudah tertera dalam ayat suci Al Qur’an, hati manusia tidak bisa  berjilbab dengan sempurna. Tentu saja ketidak sempurnaan manusia tidak pernah berubah meski dia memakai jilbab. seorang muslimah berjilbab pun tidak lepas dari kesalahan karena memang fitrahnya sebagai manusia.” Sahut kakakku.  Akupun tak mempedulikan lagi perkataan kakakku, seakan hanya semilir angin yang terdengar dari telingaku. Bukan hanya sesekali ceramah agama yang terdengar simpang siur di telingaku ketika hendak keluar rumah kalau tidak memakai jilbab. Aku akhirnya menyerah dan segera memakai jilbab agar diizinkan keluar.
Ketika di perjalanan, sepintas aku berpikir dengan apa yang dikatakan oleh kakakku. Seakan deretan nasihat yang diucapkan mengahantui benak pikiranku. Aku berjalan keluar dari gapura rumahku. Tampak dari jauh aku melihat segerombol lelaki yang berada di situ. Tempat mereka biasa mangkrang . Tampak dari jauh rasa takut menyergap diriku saat hendak melewati segerombolan lelaki yang ada di situ. Tidak ada jalan lain selain jalan ini, maka aku harus melewatinya agar aku dapat berjumpa dengan mulut gapura gang rumahku dan menuju perpustakaan. Walau sulit sesungguhnya melewati segerombol lelaki yang biasa  menggoda wanita yang lewat dihadapannya. Namun tak main-main terkadang tangannya pun ikut menjaili.  Aku beranikan untuk melewati jalan itu, kalimat-kalimat ALLah aku lantunkan didalam hati agar mereka tak berani menggodaku. Aku pun melangkah cepat. “Assalamualaikum” serentak salam itu tertuju kepadaku dari segerombol lelaki. Dengan jalan kakiku yang berkecepatan “Waalaikum salam.” Dengan suara volume rendah kujawab salam itu. Jawaban salam itu  mungkin tak terdengar oleh segerombol lelaki itu. Dan terkesan aku tak menjawab salam mereka. Aku heran karena yang biasa  segerombol lelaki itu lakukan  kepada wanita yang lewat adalah menyambut dengan siulan-siulan dan kiucauan mulut mereka. Dengan keheranan yang masih belum hilang, aku tetap melangkah dan merasa lega bisa melewati jalan itu dengan sapaan salam dan selamat tanpa godaan para lelaki-lelaki itu.
Baru tersadar aku ketika mengenakan jilbab  aku merasa terlindungi. Terlihat dari segerombol lelaki yang halus bersikap ucapannya. Godaan yang biasa ricuh dengan siulan dan disertai tangan jail mereka pun tak hadir kepada wanita berjilbab. Malah dengan sopan segerombol lelaki itu mengucapkan salam walau dengan niatan menggoda.  
Tak lama kemudian aku sampai di perpustakaan. Seperti biasa perpustakaan terlihat sepi  ketika di hari jumat. Hanya segelintir orang yang berada di perpustakaan daerah. Ketika aku melewati lorong-lorong rak buku tak sengaja aku menemukan buku yang berjudul “Jilbabku, Pelindung Hidupku !”. Judul yang sangat indah, frase itu berhasil memikatku untuk menjelajahi isi buku itu. Kudapati isi buku itu sangat menyentuh mata batinku dimana isi buku tentang kewajiban seorang muslimah untuk berjilbab. Isi buku itu membiusku dan menyadarkan diriku. Ternyata nasihat-nasihat yang sering aku dengar dari kakakku itu benar. Cara pandangku tentang berjilbab selama ini salah. Berjilbab adalah suatu kewajiban bagi seorang muslimah. Ini bukan hanya sekadar tausyiah yang selama ini masuk telinga kanan keluar telinga kiri, namun rangkaian kata dalam buku ini yang membawaku kepada renungan hati. Isi buku yang ajaib bagiku karena dapat menghipnotis kalbuku ke dalam ruang niat sehingga aku semakin yakin mengulurkan jilbab.
Pada heningnya malam, diriku terbayang-bayang pada buku itu. Hati ini kembali tersentuh pada isi buku ”ajaib”. Deretan kalimat pada buku yang masih terngiang dalam diriku begitu nyata dihadapanku. Begitu juga dengan  nasihat kakakku yang menyuruhku untuk berjilbab.  Terlintas dalam hatiku, bagaimana jika aku memakai jilbab. Lalu aku berdiri di depan cermin, hatiku tergerak untuk mengambil selembar kain jilbab kemudian kukenakan jilbab itu. Tersadar diriku berkata, “Berjilbab itu terlihat lebih anggun, walau sejujurnya tak memakai jilbab pun sudah terlihat cantik”. Mulai saat itulah aku semakin yakin untuk mengenakan jilbab. Kuucapan basmallah “Bismillahirohmanirrohiim” untuk menguatkan dan meyakinkan  diriku untuk berjilbab.
Setelah malam itu aku benar-benar berubah. Ketika keluar rumah aku mengenakan jilbab dengan sendirinya tanpa ada seruan dan tausiyah dari kakak lagi. Pada suatu ketika aku mendatangi sebuah acara ulang tahun di rumah temanku. Pada saat itu aku baru pertama menggunakan jilbab dihadapan teman-temanku. Sorot pandang semua terpanah padaku ketika aku datang dengan mengenangkan jilbab, ya,,, semua terpanah melihatku. Selepas itu mereka mengucapkan selamat atas jilbab yang aku kenakan, mereka memberi dukungan dan mendoakan semoga selalu barokah dan tetap Istiqomah. Terasa senang-terharu, ternyata mereka menguatkan aku dan memantapkan hati aku untuk berhijab. Tapi ada salah satu teman yang tidak suka atas perubahanku “ Halah, jilbabmu Cuma kedok doang! Semua orang juga tau paling-paling buat tebar pesona. Kan lagi ngetrand tuh !” perkataan yang sangat menggerogotiku seakan aku adalah makhluk paling bersalah mengenangkan jilbab. dengan tersenyum akupun menjawab “Aku berjilbab karena niatan dalam diriku, untuk beristiqomah semestinya kewajiban seorang muslimah”.
Aku masih tetap pada pendirianku untuk terus memakai jilbab, walaupun banyak godaan-godaan yang menghampiriku dan tuduhan-tudahan niatan berhijabku. Meninggalkan keindahan duniawi, walaupun harus menyembunyikan keindahan rambutku, tubuhku, dan terus mengibarkan jilbabku, niatan fardhulillahitaAllah. Kapan lagi waktu yang tepat untuk memakai jilbab kalau tidak sekarang juga. Ibarat jika seseorang ditanya tentang kematian, pastilah berkata tidak siap untuk mati! Begitu juga dengan jilbab. Jika tidak dimantapkan dari sekarang, kapan lagi aku akan siap untuk memakai jilbab.
Waktu terus bergulir, suatu waktu aku tersadar ada perubahan pada diriku. Aku semakin dekat dengan sang pencipta ALLah SWT. Seakan panggilan hati yang terus menuntunku untuk terus kejalan yang diridhoi. Aku malu ketika melakukan perbuatan yang dilarang oleh ALLah SWT, karena merasa ada saksi yang terus bersamaku yaitu jilbabku sendiri. Ternyata benar jilbab memberikan manfaat tersendiri untuk menjauhkan perbuatan dosa. Tidak ada kata berjilbab hati dulu baru berjilbab. Itu adalah cara berfikir yang salah. Dengan berjilbab, hati akan terhijabi sendiri dengan lambat laun tanpa tersadari. Ketika melakuakan sesuatu yang terlarang, kita akan merasa malu dengan jilbab yang dikenakan.
Ketenangan batin menjadi hal yang selalu kurasakan setiap langkah hidupku karena dengan berjilbab seakan ALLah SWT melindungiku. Kekuatan spiritual dari berjilabab terasa bak payung yang melindungiku dari panasnya kehidupan dunia dan basahnya hujan dosa. Jilbab yang membawaku ke arus jalan kebaikan ini, menghantarkanku dan menunjukkan  padaku, bahwa aku adalah sebuah titipan di dunia ini dan menjalankan perintah-Nya. Sholat 5 waktu yang menjadi kewajibanku untuk mendekatkan diri. Kalimat-kalimat tasbih yang menggerakkan bibirku-damai. Terbit fajar menyetorkan pada dhuhaku. Malam yang membangunkanku untuk sujud dihadapannya dengan tahajud, keistiqomahan  yang menjadi realita seakan menjadi kewajiban yang aku lakukan. Dunia yang menghantarkanku ke akhirat, dimana dunia kulihat hanya sesaat, akhiratlah kehidupan yang kekal selamanya.
Keajaiban hijab selalu menaungiku setelah itu, salah satunya adalah saat aku mengikuti di sebuah lomba pada acara anniversary 1st Hijabers Gresik yang diadakan oleh Hijabers Gresik. Banyak lomba yang diselenggarakan untuk memeriahkan first anniversary hijabers Gresik ini. Salah satunya adalah lomba DAI. Akupun memutuskan turut serta dalam lomba tersebut. karena dulu ketika masih duduk dibangku sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, aku punya pengalaman mengikuti lomba DAI dengan persiapan yang minim aku coba memantapkan diri walau pesaing lomba begitu berat dari berbagai kalangan pondok pesantren di Gresik maupun luar Gresik. Mungkin hanya aku yang tak ada basis pondok pesantren dan tak berbekal materi agama yang kompleks seperti mereka. Dengan bermodal sedikit dan pengalaman dan masukan dari kedua orang tua, terutama ayahku yang mengenaliku dan merasuki ilmu agama yang mendalam kepada diriku., aku mantapkan hati untuk mencoba yakin pada diriku untuk mantap mengikutinya dan mendapatkan pengalaman yang baru dalam hidupku. Dengan tema “keutamaan hijab” dengan judul”berhijab adalah wujud wanita surga”. Tak kusangka ternyata aku menjadi juara 3, walau bukan menjadi yang pertama tapi ini adalah sebuah pengalaman untukku. Berkat buku “ajaib” yang aku baca sewaktu di perpustakaan daerah itu, aku mendapat pengalaman yang baru dan sangat mengesankan. Bagiku pengalaman adalah harta karunku. Maka dari itu, pengalaman dalam pencarian jati diri untuk menyempurnakan diri dengan berjilbab menjadi sesuatu yang penting dan berkesan bagiku. Kini jilbabku adalah harta karunku. Pengalaman akan pertentangan batin antara jilbab dan tidak memang tidak akan kulupakan. Berjilbab membuatku semakin dewasa dalam bersikap, menjaga diri dan membuatku lebih mengerti bahwa wanita muslimah itu telah terlahir dan berikatan dengan jilbab yang memberikan sentuhan magisnya bagi kehidupan seorang muslimah di dunia. Ibarat rambut adalah mahkota, kini jilbab adalah mahkota diantara mahkota.
Jilbab tak terlepas dan tetap bersamaku saat berada dipublik. Ya kini aku merasa indah bersama jilbabku. Kutelah mantapkan hati ini dan berkata “Aku akan memakai jilbab, akan selalu memakainya, dan akan tetap memakainya”.

Ceritaku bersama Mereka "Perjalanan ke Pantai Papuma"



Ceritaku Bersama Mereka “Perjalanan ke Pantai Papuma”
Pantai Tanjung Papuma merupakan tempat wisata yang wajib dikunjungi dan ini cerita tentang Papuma ^^. Pantai tanjung papuma berlokasi di desa Sumberejo kecamatan Ambulu kabupaten Jember. Pantai ini sekitar 37 km dari pusat kota Jember. Penasaran dengan nama Papuma yang terkenal dengan pantai yang indah dan jarang terjamah oleh manusia. Dari pada denger cerita dari sekekliling orang tentang papuma jadi penasaran Rozi salah satu teman kampusku yang suka banget namanya mbolang atau disebut juga melancong dia membuat reoni kecil-kecilan bersama teman pondoknya ketika SMA sekitar 5 anak. Otomatis tempat duduknya yang masih sisah 2 anak. Aku dan Allan diajak rozi untuk gabung bersama mereka.
Hari Jumat, tepat tanggal 23 Maret 2013 Pukul 19.00 berjanjian  kumpul di sebuah tokoh Safa yang jaraknya hitungan langkah dari kos untuk pemberangkatan, Namun nyatanya tidak tepat pada waktu yang ditentukan. Wiiih,,,kebiasaan orang Indonesia ngaretnya hampir dua jam. Uda berapa kali ditipu dengan mobil yang lewat dihadapan kami namun nyatanya bukan mobil yang menjemput kami. Tepat pukul 21.00, rasa boring menunggu sudah menyayat pada diriku dan teman-teman yang lainnya hanya untuk menunggu si Rozi. Klakson mobil tertuju kehadapan kami yang sedang duduk-duduk menunggu di Safa. Dengan polosnya wajah tanpa dosa si Rozi senyum-senyum berkata “Maaf ya reg,,, tadi ambil mobilnya lama ditambah macet dijalan. Heheh” kami tak menghiraukan perbincangan rozi yang sok polos itu. “Sudah berapa jam jii, kita nunggu disini?” gumam timek yang sedang membawa barang-barangnya masuk ke mobil. “Hehehe, yang penting berangkat. Ayooog, cap cus,  masukin barang-barangnya ke mobil” Sahut Rozi dengan senyum membaranya. Semua barang dan bekal makanan sudah dimasukkan kedalam mobil. Bismillah dan doa berangkat kita panjatkan buat pemberangkatan ke tempat yang dituju dengan selamat.
Perjalanan malam yang hening menjadi saksi dengan diiringi musik yang menemani perjalanan kami. Canda gurau yang mewarnai suasana dalam mobil. Walaupun kami baru mengenal pada detik ini namun menjalin erat rasa kebersamaan kami seperti sudah berteman lama. Tak pandang dari jurusan mana dan universitas mana kita kuliah. Berbagai jurusan dan univeristas yang berbeda membuat kita saling mengenal diantara yang lain.
Dari Surabaya melewati tol. Dengan kecepatan yang drastis cepat ala ngebut-ngebutan di tol pumpung lagi sepi , dengan target kecepatan perjalanan ke Jember selama 5 Jam. Targetpun tercapai tepat pukul 02.00 sampai di kota Jember. Perjalanan masih kurang 27 KM menuju Papuma. Sebenarnya kami belum tahu perjalanan menuju Papuma hanya sekilas modal tahu dari browsing diinternet saja namun tetap kami melanjutkan perjalanan.Dan tak lelah disetiap  jalan apabila kita bimbang menuju arah kemana, kami berhenti untuk bertanya kepada orang. Untung saja tengah malam di desa yang sepi jarang ada kendaraan yang lewat hampir tidak ada. masih ada orang yang di jalan untuk dibuat bertanya rute perjalanan menuju Papuma.
Selama satu jam mencari tempat tujuan. Sampai sudah disebuah desa Sumberejo yang terdapat pantai yang bernama Papuma itu. Jalan masih gelap, cahaya lampu pun hanya sedikit menerangi.untung saja cahaya bulan yang masih Nampak dilangit masih terlihat menerangi sekeliling desa tersebut. Tak begitu jelas kami melihat papan yang bertulis dengan background pantai Papuma yang begitu indah. kami  pun berhenti di tempat itu. Sepertinya kami tak melanjuti perjalanan karena menuju Pantai Papuma masih gelap gulita. Tak begitu Nampak masjid maupun mushollah. Akhirnya kami berhenti disebuah gubuk itu yang sepertinya tak dihuni orang. Dibawa pohon besar terdapat sebuah tempat duduk kami beristirahat. Ya disebelah papan background yang bertulisan papuma itu. Kami turun dari mobil dan  beristirahat, perut-perut pun sudah bernyanyi kelaparan. Untung saja kami membawa bekal makanan yang banyak. Sudah terbagi-bagi ada yang bagiannya membawa buah, minuman, roti, snack, nasi yang dibuat sarapan pagi nantinya, dan makanan ringan lainnya. Tiba-tiba seorang klakson motor menuju kami, dua anak cowok yang sepertinya dalam keadaan mabuk menghampiri kami. Tak disangka mereka malah memberi nasihat baik dan hanya bertanya asal dan tujuan kami kemana.
Tepat pukul 04.00 suara adzan shubuh mulai terdengar di telingah kami. Sepertinya suara itu  tak jauh dari tempat kami ini. Menuju sumber suara adzan kami menuju ketempat. Ternyata dekat dari tempat istirahat kami tadi. Mengambil air wudhu kami pun sholat shubuh berjamaah bersama warga desa sekitar. Sambil menunggu pukul 05.00 untuk melanjutkan perjalanan, kami pun  beristirahat sebentar ada yang dibuat membaca alquran ada yang dibuat tidur. Tiba saatnya pukul 05.00 kami melanjutkan perjalanan menuju pantai papuma. Udara sejuk dan embun pagi mulai terasa kami tiba di Pantai Watu Ulo. Dinamakan demikian karena ada batu karang di tempat itu yang mirip bentuknya dengan ular. Lautnya biru banget di Pantai Watu Ulo. Cuman sayang keadaan pantainya kurang terawat, kotor. Konon sebelum Papuma dijadikan tempat wisata, Pantai Watu Ulo dulu yang dijadikan objek wisata.
Sampai di Papuma pukul 05.30 WIB. Pantai yang masih terlihat sepi belum ada pengunjung yang terlihat. Memang sengaja dini hari kepantai biar bisa melihat matahari terbit di pagi hari. Suasana yang masih sejuk dan begitu indah pemandangannya. Subhanallah,,, begitu indah ciptakan ALLah. Untuk menikmati pemandangan alam pantai Papuma dan berfoto ria memang tujuan kami. Kami pun menikmati pantai Papuma bersama, melukis diatas pasir seperti buat tulisanlah, berfoto ria hingga beratus jepretan di kamera maupun hp dan tak lupa juga membuat video yang di presenterkan oleh Allan dan juru camera Yunita beserta berperan mengatur settingnya.
Namun ditengah kenikmatan pemandangan pantai Papuma, aku bersama yang lain mencoba bermain dengan air laut. Ditengah asyiknya berfoto ria dilaut rame-rame sebuah tonjolan batu yang membuat aku terpeleset. Seluruh tubuh basah kuyup dan baru tersadar di tangan kananku yang lagi memegang kamera. Fiuuuh,, kaget, shock, melongo, bercampur aduk jadi satu yang membuat kegalauan hatiku. Keasyikan menikmati pantai papuma itu tiba-tiba lenyap. Pengen nangis tapi sudah terlanjur terjadi. Ya,,, mungkin ini musibahku. Cepat-cepat aku bergegas untuk menjemur kamera itu. Ternyata masih belum bisa nyala. Alhasil katanya kalau barang elektronik sudah kena air laut barang itu sudah sulit tertolongkan alias rusak. Allan dan Asif mulai mencoba menghiburku agar aku tidak galau. Namun masih tetap saja hati janggal dan masih resa karena kamera. Nunggu kamera berjam-jam di jemur sampai aku tak mempeduliakan lagi berfoto-foto. Sekilas aku berfikir. Tak ada gunanya bergalau terus semua sudah terjadi. Have fun saja untuk saat ini menikmati pantai papuma. Percuma kalau jauh-jauh ke jember nggak dapet foto. Akhirnya aku bersama Allan dan Asif beranjak dari tempat itu, dan membiarkan kamera di jemur, melanjutkan lagi berfoto ria dan menuju  ke batu besar yang menjadi ciri khas pemandangan pantai Papuma tersebut. In my opinion background yang paling menarik dari Papuma adalah yang ada background batu besarnya itu. Rozi,Ema,Timek, Luphi dan temannya satu itu sudah bergegas meninggalkan pantai tersebut karena sudah hampir berjam-jam berada dipantai. “ belum dapat seribu foto Yunita sama Allan tidak mungkin beranjak dari pantai” sambil tertawa menyindir meninggalkan pantai menuju tempat peristirahatan. Haha dasar Rozi . Namun aku bersama Allan dan Asif masih melanjutkan foto menuju  batu besar tersebut karena waktu tadi yang terbuang gara-gara Yunita lagi galauin kamera. Hoho.
sudah berjam-jam berada dipantai. Terik matahari mulai terasa menyengat tubuh. Aku beranjak untuk menuju tempat peristirahatan dan sarapan pagi yang sudah disiapkan ibunya luphi dari rumah Bandeng presto dan sambelnya yang mantap dengan porsi super duper banyak mengisi perut kami di Pagi hari. Setelah semua selasai kami berlanjut lagi perjalanan keliling desa di Jember dan menuju ke rumah makan milik salah satu temannya Asif untuk makan siang. Suasana desa di jember masih terlihat. baru pertama kalinya aku melihat suasana desa yang benar-benar seperti pedesaan. Kendaraan yang biasa digunakan di kota pun jarang terlihat. kendaraan yang masih tradisional menggunakan sapi, pemandangan bukit-bukit serta sawah yang mewarnai isi pedesaan tersebut. Setelah beberapa jam kemudian sampailah ditujuan kami di depot tersebut berbagai hidangan siap dipilih. Dengan menu ayam goreng dengan khas sambalnya jember mantap untuk menu makan siang hari seperti ini. Perut sudah terasa kenyang dan serasa mau meledak namun disajikan lagi es campur yang menggiyurkan. Es campur dengan kelengkapan kombinasi dari berbagai buah termasuki durian. Hmmm mantap deh. Dan ada salah satu temanku yang biasa dijulukin “Timek” yang anti banget dengan bau dan rasa durian. mencoba menantangi aku dan Allan untuk menikmati sebuah durian tersebut, karena takut gk dapet jatah es campurnya. karena waktu semakin siang kami beranjak dari tempat tersebut. pas lagi mausk mobil eeeh ternyata si Timek muntah dan mabuk kepayang karena durian tadi. Anak-anak yang lain tertawa juga bercampur kasihan. Aneh juga durian buah mahal dan enak kok bisanya gk doyan. Hahaha.Timek-Timek
Sebelum pulang kami sempatkan mampir di rumah temannya Asif yang memiliki rumah makan tersebut tadi. Ternyata dia adalah anak dokter, sampai dirumah disajikan lagi makanan dan buah-buahan. Padahal perut sudah dalam keadaan kenyang. “ Perut kita kan sudah kenyang sebaiknya ini buah-buah di bawa pulang aja hehe “ celetuk Rozi dengan suara pelannya. Bener juga ketika kami pulang si ibu dari temannya Asif itu membawakan suguhan-sugahan makanan+buah-buahan kepada kami. Si Rozi pun semnagat 45 untuk bergegas di bawa pulang. Ealah Ojiii..
Perjalanan sore melewati rute yang sama kami menuju perjalanan balik ke kota bonek yaitu Surabaya. Kami sempatkan berhenti ditempat-tempat tertentu untuk sholat di setiap waktunya. Walau perjalanan jauh. Kapan pun dan dimana pun kami tidak pernah melalaikan yang namanya ibadah kepada ALLah yaitu sholat karena itu wajib.
Itu cerita perjalanan kami di Papuma. Lain waktu kalau ada kesempatan berharap semoga bisa berjumpa lagi bersama kalian dan melanjutkan perjalanan lagi ya teman-teman. Aku senang bisa kenal kalian semua ^^

Sabtu, 22 Juni 2013

16 Juni "Punya Cerita"




Cerita , Ucapan Rasa Syukur, Ucapan Terima Kasih dan Doa di Tanggal Lahirku “16 Juni”



Hari berganti hingga kurasa senja
Detikpun berjalan menempuh waktu
Tak mampu kumenahan usia yang terasa
Hingga hari ini kutempuh lagi “16 Juni”



            Terima kasih Tuhan atas berkat dan rahmat dari sejak aku tidak sanggup berbuat apa-apa sehingga sampai hari ini Aku masih bisa tetap menikmati kehidupan.

            Terima kasih ya Allah, di hari ulang tahunku ini Engkau masih tetap melindungi diriku dan memberikan nafas kehidupan terhadapku.

            Aku tahu ya Tuhan, Bertambahnya umur berarti berkurangnya usiaku, mudah-mudahan usia yang tersisa ini, Aku tetap dapat memberikan manfaat yang terbaik buat sesama

            Saya turut berbahagia dan terharu atas keikhlasan anda semua memberikan ucapan selamat ulang tahun  dan doa kepadaku. Semoga Tuhan melimpahkan pula keimanan, rahmat, berkah, kesehatan dan rejeki kepada teman-teman semua.

          Makin bersyukur atas limpahan cinta dan doa dari orang orang yang terkasih disekelilingku, orang tuaku tercinta, keluarga, terkasih yang menemani hari-hariku, sahabat, dan semua yang menyayangiku. Terimakasih atas hidup yang telah kau berikan, atas keluarga yang membuatku tertawa bahagia, yang selalu memberiku nasihat, dan mengenalkan makna kehidupan yang sesungguhnya.
Terimakasih ya Allah atas semua kebahagiaan dan kesedihan yang kau hadirkan yang membuatku semakin mengerti arti menjalani kehidupan. Terima kasih ya ALLah telah memeberi jalan yang telah engkau ridhoi dalam hidupku.

            Alhamdulillah...Usiaku bertambah lagi.Tidak kusadari umurku sekarang sudah kepala 2 yaitu 20 tahun. Banyak yang bilang,ulang tahun adalah moment seorang manusia untuk merenung dan menghayati kembali dengan tahun kebelakang yang sudah terlewati.Ulang tahun berarti bertambahnya umur 1 tahun untuk waktu yang dijalani kedepan dan juga bisa dikatakan berkurangnya umur dalam menjalani kehidupan dunia.karena kita tidak sadari tubuh,fungsi jaringan dan organ menjadi tua.Bertambah usia tentu saja apa yang ada dalam diri kita akan ikut berubah. Harapanku,semoga dengan usiaku yang sekarang aku bisa lebih dewasa lagi dalam menjalani aktivitas hidup serta tidak akan berhenti untuk belajar memaknai kehidupan.
Sengaja tanggal ulang tahunku sudah beberapa kali tidak aku tampakkan di dinding jejaringan sosial termasuk Facebook, karena dengan itu aku tahu seberapa orang-orang yang benar menyayangiku pasti akan tau dimana tanggal aku mulai melihat dunia. Ternyata masih banyak mereka yang mengucapkan ulang tahunku dari sms, facebook, dan twitter. Walau tidak aku tampakkan, tapi masih banyak yang mengingat hari ulang tahunku. Tapi saya merasa senang dengan ucapan dari mereka karena kepedulian dan mengingat. Kalimat-kalimat ucapan yang indah dan doa yang di berikan khusus untukku. Namun lucunya ada sebagian yang mengucapkannya tidak tepat di tanggal ulang tahunku. Bulan Juni awal sudah mengucapkan, karena ada sebagian yang mengingat alasannya dari segi namaku Yunita terkutip dari nama Yuni yang dominan lahir di bulan Juni dan ada lagi yang beralasan takut terlambat mengucapkannya. Sebagian juga ada yang mengucapkan setelah tanggal ulang tahunku ini lain lagi alasannya karena tidak sempet mengucapkan waktu itu. Alasan apapun, bagi aku ucapan dan doa dari mereka untukku adalah hal yang terindah bagiku . Ternyata mereka sangat menyayangiku, terima kasih ya ALLah kau kirimkan mereka untuk menyayangi dan peduli sama aku. Semoga ucapan dan doa yang mereka berikan untukku terkabulkan dan kembali juga dengan yang mendoakannya. Selain ucapan dan doa, kue dan kado yang melambangkan hadiah kasih sayang di hari ulang tahun untukku mereka berikan khusus untukku.
Terima kasih hanya bisa kuucapkan lewat kata buat seseorang yang selalu spesialkan ulang tahunku, ucapan yang selalu terucap, doa, kejutan, dan kado yang selalu diberikan khusus untukku ^^.
Doaku di hari ulang tahunku “  Ya rabbi, hamba mohon kepadamu nikmat yang sempurna, perlindungan yang terusmenerus dengan jalan yang engkau ridhoi, kesehatan yang prima, hidup yang bahagia, umur yang memberikan manfaat untuk semua orang, kenikmatan yang lengkap, keiistiqomahan untuk mendekatkan diri kepada engkau menjadi kebutuhan hamba, sejukkan hati hamba, anugerah yang luas, dan kelembutan yang menenangkan hati. lunakkan hati ini untuk senantiasa bersyukur, Arrahman. Rizeki dalam segala hal yang penuh barokah, memanfaatkan ilmu untuk kedepan berguna bagi hamba dan umat lainnya.” "fabiayyi ala irobbikuma Tukazziban..” “Barokallah-Barokallah-Barokallah. Semoga di beri umur penuh keberkahan “
Hanya itu sedikit cerita , ucapan rasa syukur, ucapan terima kasih dan doa di tanggal ulang tahunku 16 Juni.